Kehadiran jenong pada ikan, khususnya keluarga cichlid sampai saat ini
masih diperdebatkan. Kontroversi mengenai jenong ini masih terus bermunculan
sejak berpuluh tahun lalu, bahkan hingga saat ini. Berbagai pendapat mengenai
hal tersbut banyak dimunculkan oleh berbagai peneliti, berdasarakan hasil
penelitian dan pengamatan yang mereka lakukan.
Yang menarik, tidak sedikit diantara mereka yang mengatakan bahwa
sebenarnya kehadiran jenong ini adalah sebagai penciri seksual. Yaitu penciri
untuk membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa pada umumnya, ikan jantanlah yang sering memiliki jenong
dikepala. Jenong ini bisa tumbuh sampai ukuran yang luar biasa.

Dari jenong inilah si betina akan
dapat menilai bagaimana kualitas dari si jantan tersebut. Sehingga si betina
akan dapat menentukan apakah jantan tersebut cocok atau tidak menjadi pedamping
hidupnya dan meneruskan keturunannya. Ibaratnya jenong itu seakan memberikan
gambaran berapa banyak “kekayaannya”, berapa jumlah mobilnya, masa depannya,
kepribadiannya, rumahnya perusahaannya dan lain-lain.

Pendapat yang mangatakan bahwa jenong adalah penciri seksual, tampaknya
tidak cukup kuat. Mengapa?. Karena ternyata,setelah banyak dilakukan
pengamatan, banyak jenis ikan yang betinanya juga ternyata memiliki kepala
jenong. Suatu hal yang cukup kontroversial. Meskipun demikian, pendapat ini
masih kerap digunakan, dengan catatan bahwa ikan jantan, pada umumnya, akan
memiliki jenong yang lebih besar daripada jenong yang dimiliki oleh ikan
betina.
Sebagian tulisan dibuat oleh
Wahyu Purwakusuma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar